Connect with us
BTS
Big Hit Entertainment

Music

BTS: BE Album Review

‘BE’ menjadi album pandemi sarat nostalgia.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Gaung BTS sepertinya belum akan meredup di tahun 2020. Justru sebaliknya, boy group dari Seoul, Korea Selatan ini masih terus menunjukan eksistensi mencolok. Baik itu secara prestasi sampai segi musikalitas dari rilisan demi rilisan. Setelah membuat ‘”ledakan” di chart melalui single “Dynamite”, kali ini BTS kembali dengan mini album berikutnya ‘BE.’

Proses produksi mini album ‘BE’ diketahui tidak lama setelah BTS meluncurkan album ‘Map of the Soul: 7’ di bulan Februari lalu. Perilisan album yang seharusnya dibarengi dengan tur Map of the Soul Tour, yang terpaksa ditunda karena pandemi. Tertundanya jadwal tur rupanya memberikan waktu cukup untuk 7 member BTS memulai produksi rilisan berikutnya.

‘BE’ merupakan “pandemic album.” Bukan sekedar diproduksi dan dirilis selama masa pandemi. BTS menyampaikan pesan mengenai pandemi di mini album ini. Pengalaman, cerita, kata-kata penghiburan dan penguatan disampaikan secara tersurat maupun tersirat melalui 7 track dan 1 skit dalam ‘BE.’

Makna dan pesan yang dibawa menjadikan ‘BE’ memang terdengar lebih mendalam dibandingkan album rilisan BTS lain. Genre hip hop yang menjadi brand dari boy group ini menipis secara signifikan untuk ‘BE.’ Digantikan irama pop lebih kuat, disco dan EDM. Selain itu para member BTS yang masing-masing memiliki peran dalam menulis dan memproduksi setiap track juga menyertakan unsur nostalgia tersendiri. Mulai dari dentingan piano dan jazz. Sampai irama musik pop dari tahun 70-an. Bahkan genre disco yang diusung memiliki lapisan irama musik disko yang kental dari tahun 70 dan 80-an.

Elemen nostalgia ini menjadi satu sisi manis dan menarik dari ‘BE.’ Meski tidak bisa dipungkiri, di tahun 2020 ada banyak rilisan album yang mengangkat unsur nostalgia di dalamnya. ‘BE’ tetap berhasil menghadirkan irama musik dari tahun 70 sampai 80-an tahun dengan menyegarkan.

“Life Goes On” menjadi track pertama sekaligus title track dari mini album ini. Kombinasi drum akustik, elektro beat, dan juga perpaduan vokal Jungkook dan Jimin menjadi satu kekuatan tersendiri. Alasan tepat untuk menjadikan “Life Goes On” sebagai track yang dipromosikan. Meski berbeda dengan title track BTS lain, “Life Goes On” memang lebih condong ke musik ballad. Dibandingkan dance track atau hip hop yang biasa diangkat sebagai title track di album-album sebelumnya.

3 menit lebih dari “Life Goes On” mengalir dengan menenangkan. Mendengarkan lagu ini, bahkan dengan rap verse dari RM dan Suga memberikan rasa nyaman yang mungkin hanya bisa dihadirkan melalui musik. Satu lagi alasan mengapa “Life Goes On” tepat sebagai title track untuk sebuah “pandemic album.”

Lirik di track ini, berbeda dengan “Dynamite” yang sepenuhnya dinyanyikan dalam bahasa Inggris, sebagian besar dalam bahasa Korea. Dengan beberapa bagian lirik mencatut kalimat atau kata dalam bahasa Inggris. Namun tentu saja ini bukan alasan untuk tidak mendalami makna dari lagu ini. Lirik “Life Goes On” menggambarkan rasa putus asa, kehilangan kendali, seperti yang dirasakan banyak orang selama pandemi. “There’s no end in sight / Is there a way out? / My feet refuse to move,” nyanyi V yang sempurna menggambarkan rasa putus asa. Disusul dengan pengharapan yang disampaikan dalam lirik di chorus: “Like an echo in the forest / The day will come back around / As if nothing happened / Yeah – life goes on.”

Satu hal menarik dari “Fly To My Room” merupakan progresi chord yang diusung. Track yang dibawakan Jimin, J-hope, V dan Suga ini membawakan progresi antara musik R&B dan pop yang dipengaruhi dengan gospel. Perumpamaan yang paling tepat menggambarkan chord progresi di track ini merupakan lagu-lagu dari Mariah Carey. Beberapa bagian dari musik orgen yang dibawa juga mengingatkan pada lagu-lagu milik Kehlani dan Ariana Grande. Hadirnya dentingan piano ala musik R&B di tahun 70-an menjadi sisi menarik berikutnya.

Sebagai album pandemi, tidak mengherankan bila ‘BE’ menyisipkan lagu ballad, mellow dengan penuh luapan perasaan. “Blue & Grey” menyampaikan rasa kesepian dan harapan yang seolah sudah nyaris membuncah: “If, in a far-flung future, I’m able to smile / I’ll tell you that I did.” Track ketiga dari ‘BE’ seolah ditulis langsung oleh Linkin Park dan Sigur Rós untuk Boyz II Men. Perpaduan yang tidak biasa namun berhasil membawa makna.

Sayangnya mood dan atmosfer yang sudah dibangun dalam 3 track sebelumnya harus dibuang dengan hadirnya “SKIT.” Meski mungkin ini menjadi ciri khas dari BTS untuk menghadirkan skit dalam album mereka. Kali ini, sayangnya, justru terdengar out of place. Mungkin bagi penggemar, “SKIT” menjadi media untuk mendengar perasaan, argumen, sampai luapan kebahagiaan dari masing-masing member BTS. Sedangkan untuk pendengar awam hadirnya “SKIT” malah membalik emosi yang susah payah dihadirkan oleh “Life Goes On” dan “Fly To My Room”.

Setelah “SKIT,” “Telepathy” menjadi track up-beat yang cukup mengejutkan. Elemen musik pop dan disco tahun 80-an kaya di lagu ini. Vokal yang somber memberi ciri khas yang menyegarkan untuk irama nostalgia yang diangkat. BTS rupanya tidak sepenuhnya menanggalkan musik hiphop untuk pandemi album mereka. Adanya “Dis-ease” membawa kembali BTS dengan branding hip hop yang seolah sudah jadi signature tersendiri. Tidak ada yang spesial sayangnya dari dua track berikutnya ini.

Disco pop, hip hop, dan EDM menjadi track berikutnya di album ‘BE.’ “Stay” seolah hadir sebagai EDM track yang mengkombinasikan musik NeYo dan Usher. Cukup untuk menambahkan aroma nostalgia. Walau sayangnya, “Stay” malah terdengar seperti filler untuk menghindari ‘BE’ masuk kategori EP dengan minim track.

‘BE’ cukup berhasil sebagai album pandemi. Track seperti “Fly To My Room” membuktikan BTS masih mampu menjelajahi genre musik selain yang sudah familiar untuk mereka. Seperti hip hop atau EDM. “Life Goes On” juga sangat memuaskan untuk membangun atmosfer sebagai title track. “Dynamite” hadir sebagai track kedelapan juga menyegel unsur nostalgia dalam album ini.

Menggambarkan ‘BE’ seolah musik yang akan tepat didengarkan ketika hujan nyaris mereda. Rasa putus asa, pengharapan akan adanya pelangi, dan juga ketenangan yang dihadirkan sempurna untuk menemani hari yang sendu di tengah pandemi.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect