Connect with us
Sigur Ros
Jonsi Birgisson Sigur Ros performs on Primavera Sound 2016 (Photo by Raphael Dias/Redferns)

Music

Sigur Rós: Odin’s Raven Magic Album Review

‘Odin’s Raven Magic’ layaknya kemegahan yang terasa kosong.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Merilis ‘Odin’s Raven Magic’ di tahun 2020 menjadi keputusan menarik sekaligus tidak terduga. Pesan yang dinarasikan dalam album ini seolah melengkapi segala riuh dan ketidakberimbangan tahun 2020. Pesan mengenai kehancuran yang dibawa oleh Raven kepada Odin.

Sigur Rós membawakan ‘Odin’s Raven Magic’ secara live pertama kali di tahun 2002. Selama 12 tahun, penggemar dan pendengar hanya menikmati cuplikan dan potongan fragmen dari setiap lagu melalui klip yang diambil dalam penampilannya. Di bulan Desember 2020, ‘Odin’s Raven Magic’ akhirnya resmi dirilis.

Untuk album yang direkam live pada 2004 di La Grande Halle de la Villette di Paris ini, Sigur Rós menggandeng Hilmar Örn Hilmarsson, sekaligus Steindór Andersen dan Maria Huld Markan Sigfúsdóttir dari band neo-klasik Amiina yang sudah sering berkolaborasi dengan band post-rock ini. ‘Odin’s Raven Magic’ didasari dari Hrafnagaldr Óðins, puisi Islandia ternama.

Sigur Rós menukar irama bass dan juga lengkingan gitar yang menjadi signature mereka dengan liukan harmoni orkestra klasik. Iringan yang sempurna menemani tema mitologi yang diangkat dalam album ini. Kekayaan permainan instrumen yang mengalun dari satu lompatan melodi ke luapan emosi berikutnya membuat nyaris seluruh track cocok menjadi latar Game of Thrones.

Musikalitas yang sarat dengan irama orkestra klasik serta opera dalam ‘Odin’s Raven Magic’ akan dengan mudah menjadi membosankan. Terutama untuk pendengar musik yang terlalu akrab dengan genre mainstream saat ini. Di sinilah tantangan terbesar Sigur Rós: bagaimana agar perpaduan klasikal-opera dan post-rock tetap easy listening enough untuk pendengarnya tidak merasa bosan.

Sigur Ros Odin’s Raven Magic

Sigur Ros – Odin’s Raven Magic

“Prologus” dibuka untuk menjawab tantangan tersebut. Di track pertama ini, campur aduk emosi diperlihatkan melalui permainan string dengan irama orkestra yang sangat kental. Pembukaan yang seolah mempersiapkan pendengar untuk track berikutnya, “Alföður orkar,” yang mengedepankan genre opera. Orkestra dan opera merupakan perpaduan yang tidak terpisahkan. Sigur Rós juga masih menyisipkan permainan instrumen string dari “Prologus” untuk “Alföður orkar.” Garis merah yang seolah menyatukan kedua track dalam satu cerita.

Perpindahan instrumen orkestra diskonsonan dan konsonan dalam kedua track ini menjadikan terdengar semakin “penuh.” Sedangkan Sigur Rós menegaskan vokalisasi opera yang digunakan melalui backing vokal, melahirkan kesan grande untuk track yang sudah sangat kaya ini.

Meski kedua track pembuka sangat kaya dan penuh akan irama orkestra dan opera, yang mendukung narasi untuk puisi Hrafnagaldr Óðins. Bergeser di track berikutnya lebih terdengar signature post-rock beat milik Sigur Rós. “Dvergmál” meninggalkan sisi melanlokis “Prologus” dan “Alföður orkar.” Meluncur dengan dentingan perkusi, bahkan drum yang lebih terdengar ceria.

Bukan hanya karena track ketiga ini mengusung beat dengan tempo yang nyaris 2 kali lebih cepat. Perkusi yang dimainkan dalam “Dvergmál” serta lolongan vokal di latar belakang juga melahirkan emosi berbeda.

Permainan emosi melalui irama instrumen juga masih disuguhkan Sigur Rós dalam track berikutnya. “Stendur æva” yang memiliki arti “Stands Alive” juga masih dengan tepat meluapkan emosi dalam gesekan hingga dentingan instrumen yang dimainkan. Kali ini “Stendur æva” lebih emosional berkat dominasi vokal. Sedikit berbeda dengan track-track lain.

Total 8 track yang ada di ‘Odin’s Raven Magic’ kaya akan luapan emosi melalui instrumen post-rock dan orkestra yang diusung. Sedangkan vokal justru menjadi elemen yang tidak terlalu menjadi perhatian. Di satu sisi, dominasi permainan irama yang dilakukan Sigur Rós justru terasa kurang dalam menarasikan puisi Hrafnagaldr Óðins yang menjadi inspirasi. Walaupun ‘Odin’s Raven Magic’ terbilang sukses mempertontonkan lonjakan perasaan serta emosi yang ingin digambarkan dalam puisi tersebut.

Lagu-lagu dari Sigur Rós nyaris selalu menghadirkan kesan panoramic. Track demi track yang dihadirkan dalam ‘Odin’s Raven Magic’ boleh jadi mengedepankan genre opera dan orkestra. Ketimbang post-rock yang menjadi khas mereka. Walau begitu ‘Odin’s Raven Magic’ masih memiliki nafas yang sama dengan album-album sebelumnya. Salah satunya dengan ‘Ágætis byrjun.’ Bukti bahwa Sigur Rós sudah sangat matang dengan signature sound mereka hingga tidak kehilangan jati diri meski bersinergi dengan genre lain.

Secara keseluruhan, 8 track di ‘Odin’s Raven Magic’ memuaskan. Musikalitas yang membuat pendengarnya tertegun bersama kemegahan instrumen dan pergolakan irama serta vokal yang dihadirkan. Bahkan backing vokal layaknya paduan suara memberi pesona tersendiri. ‘Odin’s Raven Magic’ juga menghadirkan rasa kosong. Seolah sebuah ruangan megah nan mewah yang kurang lengkap. Keindahan yang tidak sempurna.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect